Monday, 2 January 2017

KEPADA SUAMI: Ketahuilah Wangmu Milik Isterimu Tapi Wang Isterimu Bukan Milikmu


Dalam berumah tangga, seorang suami berkewajiban untuk menafkahi keluarganya. Sehingga merupakan perkara yang lumrah bila suami lebih banyak yang bekerja jika dibandingkan dengan wanita. Meski demikian, tidak menafikan kemungkinan bila seorang wanita juga bekerja dan bahkan menjadi tulang punggung keluarga.

Sewajarnya seorang suami dan isteri saling bantu membantu memenuhi keperluan rumah tangga. Bila suami memberikan nafkah, maka si isteri yang mengatur kewangan. Namun, terkadang nafkah yang diberikan oleh suami tidak cukup untuk memenuhi keperluan hidup seharian sehingga akhirnya si isteri perlu bekerja untuk membantu suami. Dengan begitu, si isteri akan mempunyai wang poket mereka sendiri.

Oleh yang demikian, bagaimanakah hukum pendapatan isteri? Berhak kah seorang suami untuk mengambil gaji isterinya ? Dan, wajibkah isteri memberikan sebahagian pendapatannya untuk memenuhi keperluan rumah tangganya ? berikut ulasan selengkapnya.

Berdasarkan fatwa ulama, disepakati bahawa bila pendapatan atau gaji suami yang juga menjadi hak bagi isterinya, maka berbedza halnya dengan gaji isteri dari pekerjaan yang dilakukannya adalah milik isteri dan tidak ada hak bagi suaminya sedikitpun. Terkecuali jika si isteri dengan ikhlas memberikannya untuk membantu atau menambah kewangan keluarga.

Apabila seorang suami memakan harta milik isteri tanpa sepengetahuannya, maka dapat dikatakan bahawa dia berdosa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala

“Janganlah memakan harta orang lain diantara kalian secara batil” (QS. An-Nisa: 83)

Ketika seseorang bertanya kepada Syaikh ‘abdullah bin ‘Abdur Rahman al-Jibrin tentang hukum suami yang mengambil wang milik isterinya untuk kemudian digabungkan dengan wangnya. Maka Syaikh al-Jibrin mengatakan bahwa tidak disangsikan lagi bahawa isteri lebih berhak dengan mahar dan harta yang dia miliki, baik melalui usaha yang dilakukannya, warisan, hibah dan harta yang dia miliki. Maka itu merupakan hartanya dan menjadi miliknya. Sehingga dialah yang paling berhak untuk melakukan apa saja dengan hartanya tersebut tanpa ada campur tangan dari pihak lainnya.

Seorang wanita berhak untuk mengeluarkan hartanya untuk kepentingannya atau untuk sedekah, tanpa harus meminta izin pada suaminya. Dan diantara dalilnya adalah hadis dari Jabir bahwa Rasulullah SAW berceramah di hadapan jamaah wanita, beliau berkata:

“Wahai para wanita, perbanyaklah sedekah, sebab saya melihat kalian merupakan majoriti penghuni neraka.” Sehingga, para wanita itupun berlumba-lumba menyedekahkan perhiasan mereka dan mereka melemparkannya di pakaian Bilal (HR. Muslim)

Sehingga, apabila seorang isteri ingin bersedekah, maka orang yang paling utama berhak menerima sedekahnya tersebut adalah suaminya sendiri dan bukan orang lain. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id ra.

“Dari Abu Sa’id al Khudri ra berkata bahwa, “Zainab, istri Ibnu Mas’ud datang meminta izin untuk bertemu Rasulullah. Beliau bertanya, “Zainab yang mana ?”. Kemudian ada yang menjawab, “Isterinya Ibnus Mas’ud.” Dan Rasulullah mengatakan,“baik, izinkanlah dirinya”. Maka zainab pun berkata, “Wahai nabi Allah, Hari ini engkau memerintahkan untuk bersedekah. Sedangkan aku memiliki perhiasan dan ingin bersedekah. Namun, Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dirinya dan anaknya lebih berhak menerima sedekahku.” Lantas Rasulullah bersabda, “Ibnu Mas’ud berkata benar. Suami dan anakmu lebih berhak menerima sedekahmu.” (HR. Imam Bukhari)

Bahkan, dalan hadis lainnya disebutkan bahwa Rasulullah berkata bahawa, “Benar, ia mendapatkan dua pahala yaitu pahala menjalin tali persaudaraan dan pahala sedekah.

Mengenai hadis diatas, Syaikh Abdul Qadir bin Syaibah al Hamd mengatakan bahwa pelajaran yang boleh diambil adalah :

1. Seorang wanita diperbolehkan untuk bersedekah pada suaminya yang miskin

2. Suami merupakan orang yang paling utama untuk menerima sedekah dari isterinya dibandingkan orang lain

3. Isteri diperbolehkan untuk bersedekah pada anak-anaknya dan kaum kerabatnya yang tidak menjadi tanggungannya

4. Sedekah isteri yang demikian merupakan bentuk sedekah yang paling utama.

Demikianlah ulasan mengenai gaji isteri. Sehingga boleh dikatakan bahwa pepatah yang mengatakan “uwang suami adalah milik isterinya, sedangkan wang isteri adalah milik isteri” bukanlah sebuah kata-kata kosong tanpa makna. Sebab, semuanya sudah dijelaskan dalam Islam bahwa hal tersebut benar adanya.

Dengan demikian, semoga para suami boleh adil menggunakan gaji isteri dengan tidak mengambil harta isteri tanpa keredhaannya. Dan sudah seharusnya seorang isteri bersikap bijak jika memiliki harta atau pendapatan melebihi suami. - Sehinggit Media

Hukum suami guna wang Isteri




from Sehinggit Media News http://ift.tt/2hGu8gB
via IFTTT