Friday, 26 May 2017

Lebih Utama Bersedekah ke Orang Miskin atau Bersedekah ke Kerabat Terdekat? Ini Jawapannya..


Sebenarnya Lebih Penting untuk mendahulukan yang mana, bersedekah ke Orang Miskin atau memilih bersedekah ke kerabat terdekat? Pertanyaan ini mungkin saja dirasa ringan dan gampang. Tapi pada nyatanya, sebagian besar kaum muslim yang belum paham memilih untuk lebih mendahulukan memberikan sedekah ke fakir miskin daripada bersedekah ke keluarga atau kerabat terdekatnya sendiri.

Lebih Utama Bersedekah ke Orang Miskin atau Bersedekah ke Kerabat Terdekat? Ini Jawapannya..

Tiap-tiap perintah sedekah serta infak yang ada pada Al-Qur’an, senantiasa mrnyebutkan yang mula-mula kali disebutkan untuk bersedekah ke kerabat terdekat.

Seperti yang dijabarkan pada ayat Al-Qur'an berikut ini :

“….dan memberikan harta yg dirinya cintai pada karib-kerabat…..” (QS. Al Baqarah 177)

“Dan berikanlah ke karib-kerabat akan haknya dan orang miskin….” (QS. Al Isra 26)


Serta tidak sedikit ayat-ayat lain dalam Al-Qur'an yang bernada sama dengan ayat di atas.

Apabila dicermati, ada pesan yang teramat mutlak agar kita amalkan, yaitu mendahulukan kerabat terdekat alias orang terdekat kita untuk diberikan infak atau sedekah serta berbagai wujud amal kebaikan lainnya. Sebelum kita berikan pada orang lain, kita mesti lihat apakah ada di antara orang terdekat kita yang masihlah membutuhkan bantuan kita, ataukah seluruhnya telah sejahtera, tak butuh disantuni lagi.

Teramat miris jikalau satu orang mempunyai harta yang berlimpah sehingga dirinya dapat menyantuni orang lain, dan dirinya amat perduli dengan permasalahan sosial yang ada di lingkungan dirinya, sangat gampang berikan sedekah ke fakir miskin, anak yatim serta beraneka wujud amal sosial yang lain, namun sayang beribu sayang dirinya teramat cuek serta pelit pada saudara kandungnya sendiri. 

Mungkin dirinya merasa pemberian dirinya ke keluarga serta kerabat terdekatnya tak akan memperoleh imbalan pahala. Sesungguhnya itulah yang lebih besar imbalan pahalanya di mata Allah. Makanya pemahaman seperti ini perlu dibenarkan.

Bukankah sangat memilukan, kalau seseorang tinggal di hunian yang bagai istana, sedangkan di saat yang sama saudara atau kerabatn kandungnya tinggal di hunian HTSS (Hunian Teramat Sederhana Sekali). Bukankah kita akan mengernyitkan alis kala ada seorang yang memiliki harta berlimpah, keluar dari sebuah mobil mewah lalu seorang ajudan membukakan pintu untuknya, berpindah dari sebuah gedung megah nan mewah ke gedung megah nan mewah berikutnya, tetapi saudara atau kerabatnya hanya jadi kuli alias babu yang siap tidak siap harus mau diperintah-perintah dengan menggunakan suara tinggi sambil diperlakukan dengan tidak layak, wajahnya penuh ketakutan, kepala tertunduk lesu sertapun tubuh yang harus membungkuk setiap kali majikannya memerintahkan sesuatu.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

“….Hai ummat Muhammad, atas nama Allah yang sudah mengutusku dengan fakta, Allah tak akan menerima sedekah dari diri yang memiliki kerabat yang membutuhkan pertolongannya, sementara dirinya memberikan sedekah atau pertolongan tersebut ke orang lain. Serta demi Allah yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, Allah tak mau melihatnya di hari akhir kelak”.(HR. Thabrani)

Nabi Muhammad SAW juga men-sabda-kan :

“Sedekah ke orang miskin bernilai satu sedekah, sedangkan ke karib (saudara dekat) nilainya setara dua, nilai sedekah serta nilai menjalin hubungan saudara”.

Ada pesan utama yang amat sangat penting disini :

“Bila dirimu adalah orang yang mempunyai kelebihan harta, dahulukan kerabat terdekat alias orang terdekat kita yang mula-mula sekali merasakan kelebihan harta kita tersebut. Sebelum kita berikan pada orang lain, kita mesti lihat apakah ada di antara orang terdekat kita yang masihlah membutuhkan bantuan kita, ataukah seluruhnya telah sejahtera, tak butuh disantuni lagi. Orangtuamu, anak-istrimu, saudara sekandunganmu, barulah yang lainnya. Jangan dirimu HAUS pujian dari orang sekitarmu yang bukan orang terdekatmu"


from Sehinggit Media News http://ift.tt/2ql01EE
via IFTTT