“Tidak ada yang lebih berharga dari hidup ini. Kalau disuruh memilih antara anak atau diri sendiri, aku memilih anak”
Ini adalah sebuah kisah yang sangat menyedihkan tapi juga mengharukan.
Wenqing dan suaminya sama-sama bekerja di Shanghai. Tapi, bulan Maret tahun lalu, mereka memutuskan untuk mengundurkan diri dan pulang ke rumah karena Wenqing yang saat itu berusia 38 tahun hamil. Untuk mereka, hal ini adalah sesuatu yang membahagiakan karena sudah diinginkan sejak lama.
Setelah pulang beberapa lama, Wenqing merasa tidak enak badan. Ia merasa tidak bersemangat dan tidak nafsu makan. Orang rumah semua mengira ini karena efek dari kehamilan jadi tidak begitu memperhatikannya. Di masa 4 bulan kehamilannya, Wenqing tiba-tiba merasa sakit perut. Ia takut ada terjadi sesuatu dengan kandungannya sehingga ia dan suaminya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.
Wenqing sangat kaget saat mendengar diagnosis dokter. Ada tumor di dalam indung telur Wenqing dan di prediksi ini adalah kanker ovarium. Dokter pun mengatakan agar ia segera dilarikan ke rumah sakit yang lebih besar.
Wenqing dan suaminya segera ke rumah sakit yang lebih besar di kota malam itu. Setelah 1 bulan, hasil diagnosis akhir pun keluar. Hasil akhirnya benar-benar membuat mereka berdua shock. Kanker ovarium nya sudah mencapai stadium akhir dan sudah menyebar ke usus dan liver. Bisa dikatakan, selain janin yang dikandung di dalam rahimnya, sisanya adalah tumor.
Setelah mengetahui penyakitnya, Wenqing tidak berani menangis, dia takut itu akan mempengaruhi janin yang di dalam. Walaupun ia terus mengeluh tidak adil pada Yang Maha Kuasa, namun ia tetap kuat dan memilih cara yang paling menyakitkan.
“Dokter, aku tidak siap untuk menjalani persalinan sekarang, kanker ku sudah stadium akhir, kalaupun tidak ada anak, hidupku juga tidak akan panjang. Kalau sudah begini, biarkan aku melahirkan anak ini, ako bisa tidak makan obat, tidak mendapat perawatan, asalkan anakku sehat, itu sudah cukup”. Entah sudah berapa banyak orang yang mendengar perkataan Wenqing ini, semuanya pun menangis mendengarnya.
3 bulan berikutnya, Wenqing harus menahan rasa sakitnya hanya demi satu harapan untuk janin di dalam kandungannya. Dengan tegar ia melewati hari demi hari melawan mautnya. Tiap hari ia juga mengajak ngobrol anak di kandungannya.
Ia terus berjuang hingga usia kehamilannya 28 minggu, karena kondisi usus dan livernya semakin parah, perjuangannya pun berakhir sampai disini. Dokter yang telah lama siap untuk hari ini, segera melaksanakan operasi sesar untuk Wenqing. Akhirnya terlahir lah seorang bayi laki-laki. Wenqing pun menangis bahagia sambil memeluk anaknya, tapi saat ini, ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dalam 5 menit di akhir hidupnya, Wenqing bisa merasakan kehadiran anaknya lebih bahagia daripada hidupnya sendiri. Ia telah mengorbankan hidupnya demi anaknya.
Kemudian, suami Wenqing menamai anak ini Zhang Siqing, dan berkata pada anaknya bahwa orang yang paling mencintainya di dunia ini adalah ibunya. Saat ini Siqing sudah berusia 3 tahun, ia tumbuh menjadi anak yang sehat, lucu dan juga aktif.
Besar sekali pengorbanan seorang ibu yah! Yang sayang ibunya, jangan lupa share kisah ini ke teman-temannya juga ya!
Sumber: http://www.cerpen.co.id
from Sehinggit Media News http://ift.tt/2lPkFuL
via IFTTT